Friday 2 December 2016

Batuan Beku, Sedimen, Dan Metamorf

BAB I
PENDAHULUAN
1.1           Latar Belakang
Hampir semua kebutuhan kita sehari-hari diperoleh dari bumi mulai dari perhiasan, perlengkapan rumah tangga, alat transportasi hingga ke bahan energinya, seperti minyak dan gas bumi serta batubara. Dan hampir setiap bentuk kegiatan manusia akan berhubungan dengan bumi, baik itu berupa pembangunan teknik sipil seperti bendungan, jembatan, gedung-gedung bertingkat yang dibangun diatas permukaan bumi, maupun untuk memenuhi kebutuhannya seperti bahan-bahan tambang maupun energi seperti migas dan batubara, yang harus digali dan diambil dari dalam bumi. Di bumi ini terdapat berbagai macam dan jenis batuan.
Di Indonesia, hampir di seluruh pelosok negeri ini terdapat berbagai macam batuan. Batuan Beku, Batuan Sedimen dan Batuan Metamorf adalah contohnya. Berikut adalah penjabaran tentang Batuan Beku, Batuan Sedimen dan Batuan Metamorf.
Batuan Beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari Batuan Beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan Beku mencakup batuan vulkanik dan plutonik.
Batuan Sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari Batuan Sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).
Batuan Metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari Batuan Metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan asal yaitu Batuan Sedimen atau Batuan Beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrim dari perubahan suhu, tekanan atau keduanya).
Oleh karena itu AKAMIGAS Balongan mengadakan Praktikum Geologi Dasar mengenai batuan untuk menambah wawasan Mahasiswa dan Mahasiswi Program Studi Teknik Perminyakan agar lebih mengenal berbagai macam jenis batuan yang terdapat di alam.
Berdasarakan pernyataan diatas maka penyusun tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ilmu geologi melalui praktikum geologi dan dalam hal ini penyusun sudah melaksanakan praktikum tersebut. Oleh karena itu, penyusun bermaksud menyusun laporan praktikum. Sehingga laporan praktikum ini berjudul“ LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR”.

1.2           Tujuan
1.2.1         Tujuan Umum
1.       Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari dalam perkuliahan dengan cara mengidentifikasi batuan.
2.       Melatih dalam membuat laporan resmi.
3.       Menyelesaikan kewajiban tugas Mata Kuliah Geologi Dasar.
4.       Sebagai salah satu syarat mengikuti ujian akhir semester.
5.       Memperdalam ilmu  yg di terapkan diperkuliahan.
6.       Sebagai pengalaman dalam praktikum Mata Kuliah Geologi Dasar.
7.       Untuk mengetahui klasifikasi batuan dalam Mata Kuliah Geologi Dasar
8.       Untuk mengukur kemampuan mahasiswa melakukan praktikum.
9.       Sebagai syarat sidang yudisium.
10.   Mempertanggung jawabkan hasiI praktikum yang teIah diIaksanakan.
1.2.2         Tujuan Khusus
1.      Mengetahui macam-macam Batuan Beku.
2.      Mengetahui macam-macam Batuan Sedimen.
3.      Mengetahui macam-macam Batuan Metamorf.
4.      Memperluas wawasan tentang batuan yang ada di bumi.
5.      Memahami dan mengetahui fungsi batuan menambah.
6.      Mengenal berbagai jenis batuan beku hingga akhirnya dapat menentukan penamaan batuan.
7.      Mengetahui sifat-sifat fisik yang dimiliki oleh batuan .
8.      Mendeskripsikan masing-masing jenis batuan secara megaskopis.
9.      Mengklasifikasi batuan.
10.  Mengetahui struktur tekstur dan komposisi mineral batuan.

1.3           Manfaat
1.3.1         Manfaat Umum
1.      Dapat mengenali macam-macam batuan apa saja yang terdapat di alam.
2.      Dapat mengetahui klasifikasi berbagai macam jenis batuan.
3.      Dapat mengetahui lebih mendalam lagi tentang berbagai macam jenis batuan dan klasifikasinya.
4.      Dapat menambah pengetahuan kita khususnya di bidang ilmu geologi.
5.      Dapat mengenaIi apa yang ada di bumi.
6.      Dapat mengetahui struktur, tekstur dan komposisi mineral yang dimiliki oleh Batuan.
7.      Dapat mengenali tentang bumi menggunakan peta topografi.
8.      Dapat mempelajari peta topografi.
9.      Dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah dipelajari dalam pengetahuan batuan
10.  Dapat mendeskripsikan batuan-batuan yang telah dipelajari

1.3.2         Manfaat Khusus
1.      Dapat membedakan sifat-sifat fisis yang dimiliki oleh Batuan Beku, Batuan Sedimen, dan Batuan Metamorf.
2.      Dapat mendeskripsikan macam-macam batuan.
3.      Dapat mengetahui sejauh mana kemampuan kita dalam mengenali batuan-batuan.
4.      Dapat mengenali batuan Beku, Batuan Sedimen, dan Batuan metamorf
5.      Dapat membedakan antara Batuan Beku, Batuan Sedimen dan Batuan Metamorf.
6.      Dapat mengetahui mineral-mineral yang terkandung dalam Batuan Beku, Batuan Sedimen dan Batuan Metamorf
7.      Dapat mengetahui struktur, tekstur dan komposisi mineral pada batuan
8.      Dapat memperluas wawasan tentang batuan yang ada di bumi.
9.      Dapat memahami dan mengetahui fungsi batuan Menambah.
10.  Dapat mengenal berbagai jenis batuan beku hingga akhirnya dapat menentukan penamaan batuan.

1.4           Ruang Lingkup

Pelaksanaan Laporan Praktikum Geologi Dasar mengenai batuan dilakukan di Kampus satu AKAMIGAS BALONGAN. Praktikum Geologi Dasar pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Desember 2014  tentang Batuan Beku. Pada hari Jumat, 12 Desember 2014 dilaksanakan praktikum kedua tentang Batuan Sedimen dan pada hari Senin, 15 Desember 2014 dilaksanakan praktikum ketiga tentang Batuan Metamorf. Pada hari Rabu, 17 Desember 2014 dilaksanaka praktikum keempat tentang Topografi. Praktikum tersebut diikuti oleh Mahasiswa dan Mahasiswi Semester I  AKAMIGAS BALONGAN Program Studi Teknik Perminyakan dibawah bimbingan Ismanu Yudiantoro, ST, MT. Praktikum dilaksanakan agar Mahasiswa dan Mahasiswi dapat mengetahui macam-macam batuan, jenis-jenis batuan dan komposisi batuan.

BAB II
DASAR TEORI
2.1      Batuan Beku
Batuan beku atau batuan iqneus adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik dibawah permukaan bumi maupun diatas permukaan bumi dimana magma ini dapat berasal dari proses konvergensi antar batuan sehingga batuan hasil tumbukan mencair sehingga menjadi magma.
Klasifikasi dari batuan beku dapat kita bedakan dari tempat proses pembetukannya dimana terbagi menjadi dua, yaitu: batuan beku intrusif (batuan yang membeku dibawah permukaan bumi) dan batuan beku ekstrusif (batuan yang membeku diatas permukaan bumi).
Struktur dari batuan beku ada lima, yaitu Masif (tidak menunjukkan adanyalubang-lubang), Vesikuler (berlubang-lubang dengan arah yang teratur), Skoria (berlubang-lubang besar tapi dengan arah yang tidak teratur), Amigdaloidal (lubang-lubang gas telah terisi mineral-mineral sekunder) dan Xenolitis (struktur yang memperlihatkan adanya fragmen yang masuk kedalam batuan yang mengintrusi)
Tekstur dari batuan beku meliputi Derajat Kristalisasi merupakan banyaknyakristal yang terdapat pada batuan (Holokristalin, Holohyalin dan hipokristalin), Granularitas merupakan besar butir pada batuan beku (Fanerik dan Afanitik), BentukKristal merupakan sifat dari suatu Kristal dalam batuan, Relasi merupakan hubunganantar Kristal atau mineral satu dengan mineral lainnya dalam suatu batuan.
Komposisi mineral  batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan indeks warna dan bentuk kristal atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku adalah Mineral felsik (mineral yang bewarna terang terutama kwarsa, feldspar, feldspatorid dan muscovite) dan Mineral mafik (mineral yang berwarna gelap terutama biotic, olivine, piroksin dan amphibol
Batuan beku atau batuan iqneus adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik dibawah permukaan bumi maupun diatas permukaan bumi dimana magma ini dapat berasal dari proses konvergensi antar batuan sehingga batuan hasil tumbukan mencair sehingga menjadi magma.
Klasifikasi dari batuan beku dapat kita bedakan dari tempat proses pembetukannya dimana terbagi menjadi dua, yaitu: batuan beku intrusif (batuan yang membeku dibawah permukaan bumi) dan batuan beku ekstrusif (batuan yang membeku diatas permukaan bumi).
Batuan beku sering kita jumpai di daerah lereng pegunungan. Batuan Beku sendiri merupakan batuan yang berasal dari hasil pembentukan magma yang mempunyai tekstur hablur (kristalin). Pembentukan Batuan Beku berasal dari pembekuan magma yang ada dibawah permukaan bumi atau hasil pembekuan lava dipermukaan bumi. Magma merupakan cairan kental yang berasal darilarutan silika dan terbentuk secara alamiah, yang memiliki temperatur tinggi antara 1.500°C sampai 2.500°C dan bersifat mudah bergerak serta terletak pada kerak bumi bagian bawah. Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan menuju permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan penghabluran.
Batuan Beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral penyusun Batuan Beku. Salah satu klasifikasi Batuan Beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya, seperti Silikat oksida (SiO2), Titanium oksida (TiO2), Aluminium oksida (AlO2), Besi (II) oksida (Fe2O3), Besi oksida (FeO), Mangan oksida (MnO), Magnesium oksida (MgO), Kalsium oksida (CaO), Sodium oksida (Na2O), Potasium oksida (K2O), air (H2O+), Porporus penthoxide (P2O5), dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan mineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia Batuan Beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai pembentukannya. Batuan Beku yang telah mengalami ubahan atau pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa harusla batuan yang sangat segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai catatanpengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi
Berdasarkan komposisi mineralnya Batuan Beku dibagi menjadi tiga jenis batuan, yaitu:
•            Batuan Beku asam
•            Batuan Beku intermediet
•            Batuan Beku asam
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, klasifikasi batuan telah dikembangkan lagi. Sehingga dapat diklasifikasikan lebih mendetail. Salah satunya adalah klasifikasi batuan dilihat dari segi kimiawi. Klasifikasi secara kimiawi ini berdasarkan atas persentase kandungan SiO2, yaitu:
•            Batuan Beku asam yaitu > 66% SiO2.
•            Batuan Beku intermediet yaitu 52% - 66% SiO2.
•            Batuan Beku basa yaitu 45% - 52% SiO2.
•            Batuan Beku ultra basa yaitu < 45% SiO2.
1.         Struktur
Struktur batuan beku umumnya dapat dilihat dilapangan saja dan hanya beberapa saja yang dapat dilihat dalan hand specimen sample:
•      Masif yaitu Batuan Beku yang tidak menunjukan adanya lubang-lubang ataustruktur aliran.
•      Vesikuler yaitu Batuan Beku yang berlubang-lubang yang disebabkanoleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma, arah lubang itu teratur.
•      Scoria yaitu Batuan Beku yang berlubang-lubang besar tetapi arah tidak teratur.
•      Amigdaloidal yaitu Batuan Beku yang lubang-lubangnya terisi oleh mineralsekunder.
2.   Tekstur
Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Untuk Batuan Beku, pengamatan tekstur meliputi:
•         Derajat Kristalisasi yang terbagi menjadi 3, yaitu:
  Holokristalin yaitu apabila batuan terdiri dari massa kristalseluruhnya.
  Holohyalin yaitu batuan terdiri dari massa gelas seluruhnya.
  Hipokrislatin yaitu sebagian terdiri dari massa kristal dan massa gelas.
•         Granularitas terbagi menjadi 2, yaitu:
  Fanerik yaitu apabila kristal-kristalnya jelas sehingga dapat dibedakan dengan mata biasa, antara lain:
-         Halus dengan diameter < 1 mm.
-         Sedang dengan diameter 1 sampai 5 mm.
-         Kasar dengan diameter 5 sampai 30 mm.
-         Sangat kasar dengan diameter > 30 mm.
  Afanitik yaitu apabila kristal-kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan pandangan mata biasa.

•         Bentuk Kristal, terbagi menjadi 3, yaitu:
  Euhedral yaitu apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
  Subhedral yaitu apabila sebagian dari batas-batas mineral sudah tidak tampak lagi.
  Anhedral yaitu apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
•         Relasi terbagi menjadi 2, yaitu:
  Equigranular yaitu bila secara relative ukuran kristal pembentuk batuan berukuran sama besar.
  Inequigranular yaitu bila ukuran kristal pembentuknya tidak sama.
3.         Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral kita cukup menggunakan indeks warna dari bentuk kristal, sebagai dasar penentuan mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua:
•            Mineral Felsik yaitu yang berwarna cerah terutama kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muscovite.
•         Mineral Mafik yaitu yang berwarna gelap terutama biotic, piroksen, amphiboldan olivine.
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan. Batuan Beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang  tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash feldsfar dan muskovit. Batuan Beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya Batuan Beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan Beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah Batuan Beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.

2.2      Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari proses pengendapan batuan, dengan proses dari pelapukan batuan oleh suhu yang tinggi, pengikisan batuan oleh air dan angin,transportasi batuan dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah, deposisi yaitu ketika proses transportasi tidak bisa lagi membawa batuan dimana ditransportasi oleh media air dan angina atau dipengaruhi oleh gaya gravitasi, dan proses lithifikasi dimana dibagi menjadi yaitu kompaksi (proses perubahan butiran yang lebih padat) dan sedimentary (proses perekatan antar butir batuan).
Batuan Sedimen merupakan batuan yang terbentuk karena lithifikasi dari hancurnya batuan yang lain (detritus) atau lithifikasi reaksi kimia tertentu yang berada di alam. Lithifikasi sendiri merupakan proses-proses yang meliputi kompaksi, sementasi,authogenic dan diagenesa, yaitu proses terubahnya material pembentuk batuan yang bersifat lepas menjadi batuan kompak. Batuan ini dibentuk oleh proses yang ada di permukaan bumi.
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa bahan lepas.  Menurut Pettijohn (1975), Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi yang kemudian mengalami pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa Batuan Sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti Batuan Sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
Volume Batuan Sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya mengandung 5% yang diketahui di litosfer dengan ketebalan 10 mil di luar tepian benua, dimana Batuan Beku metabeku mengandung 95%. Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan-batuan sedimen menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapan dari Batuan Beku sebesar 25% saja. Batuan Sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali sampai yang tebal sekali. Ketebalan Batuan Sedimen antara 0 sampai 13 kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua. Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhi oleh Batuan Sedimen dari pantai ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari yang lebih tipis dari 0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer, sedangkan ketebalan rata-rata sekitar 1 kilometer (Endarto, 2005).
Batuan Sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan antara beberapa sentimetersampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari sangat halus sampai sangat kasar dan beberapa proses yang penting lagi yang termasuk kedalam Batuan Sedimen. Dibanding dengan Batuan Beku, Batuan Sedimen hanya merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan Sedimen hanya 5% dari seluruh batuan-batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini, batu lempung adalah 80%,batupasir 5% dan batu gamping kira-kira 80% (Pettijohn, 1975).
Sedimen tidak hanya bersumber dari darat saja tetapi dapat juga dari yang terakumulasi di tepi-tepi cekungan yang melengser kebawah akibat gaya gravitasi. Meskipun secara teoritis dibawah permukaan air tidak terjadi erosi, namun masih ada energi air, gelombang dan arus bawah permukaan yang mengikis terumbu-terumbu karang di laut dan hasil kikisannya terendapkan di sekitarnya.
Oleh Koesoemadinata (1979) telah membedakan Batuan Sedimen menjadi 5 golongan, yaitu:
•         Golongan Detritus
Golongan ini berdasarkan besar butirannya, golongan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
  Golongan detritus halus, bisa dikenali melalui butiran penyusun batuannya yang relatif berukuran halus, 0 (diameter) kurang dari  mm sebagai hasil sedimentasi mekanis.
  Golongan detritus kasar, dapat dikenali melalui butiran penyusun batuannya yang relatif berukuran kasar, 0 (diameter) lebih besar dari  mm dan pada umumnya dihasilkan oleh sedimentasi mekanis.
•         Golongan Karbonat
Golongan karbonat disusun oleh kelompok mineral karbonat (kalsit, dolomit, aragonit) dan cangkang binatang karang. Golongan ini terbentuk sebagai hasil sedimentasi mekanis (batu gamping terumbu) dan sedimentasi kimia (batu gamping kristalin, dolomit). Golongan ini dapat terbentuk sebagai hasil:
  Sedimentasi mekanis    : Gamping Bioklastik
  Sedimentasi organis      : Gamping Terumbu
  Sedimentasi kimiawi     : Gamping Kristalin
•         Golongan Evaporit
Golongan evaporit ini diberikan terhadap batuan garam, karena asal sebab terjadinya disebabkan oleh proses evaporasi air laut. Golongan ini umumnya terdiri dari batuan monomineralik. Nama batuan sama dengan nama mineralnya. Sebagai contoh adalah gipsum (Ca SO4 2H2O), anhidrit (CaSO4) dan halite (NaCl).
•         Golongan Sedimen Silika
Golongan batuan ini termasuk juga batuan yang memiliki sifat monomineralik, serta pada umumnya tersusun oleh mineral silika. Dapat terbentuk secara sedimentasi kimiawi atau organik. Contoh batuannya adalah rijang (chert), radiolarid dan diatomed.
•         Golongan Batu Bara
Golongan ini terbentuk oleh adanya akumulasi zat-zat yang kaya akan unsur karbon, yang pada umunya terdiri dari tumbuhan. Termasuk jenis sedimentasi organis. Contohnya adalah gambut, bituminous dan antrasit.
1.      Sifat-sifat utama yang dimiliki Batuan Sedimen yaitu:
•            Perlapisan (bedding, stratifikasi) yang menandakan adanya proses sedimentasi.Hal ini berlaku untuk segala macam batuan sedimen walaupun tidak selalu nyata dalam contoh”hand speciment”.
•            Klastik atau fragmen yang menandakan butiran-butirannya pernah lepas, terutama pada golongan karbonat.
•            Sifat jejak atau bekas zat hidup, seperti cangkang atau rumah organisme (koral), terutama pada golongan karbonat.
•            Jika bersifat hablur maka akan bersifat monomineralitik. Contohnya Gipsum, kalsit, dolomit, halit dan sebagainya.
Sifat-sifat tersebut dapat dipakai untuk mengenal Batuan Sedimen. Didalam pemerian Batuan Sedimen secara megaskopis faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah:
•            Komposisi mineral
•            Tekstur
•            Struktur
2.      Berdasarkan cara terjadinya Batuan Sedimen dibagi atas:
A.    Batuan Sedimen Klastik
Batuan Sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali dari batuan detritus atau pecahan batuan asal.Batuan asal bisa terdiri dari Batuan Beku, Batuan Sedimen atau Batuan Metamorf. Didalam pemerian Batuan Sedimen klastik yang bertekstur kasar komposisi dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu:

•         Komposisi
Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada Batuan Sedimen klastik bertekstur kasar pemerian komposisi mineralnya dibedakan atas:
  Fragmen adalah butiran pembentuk batuan yang berukuran paling besar. Fragmen dapat berupa butiran mineral, batuan dan fosil.
  Matrik adalah bagian dari butiran pembentuk batuan yang berukuran lebih kecil dari fragmen. Biasamya berkomposisi sama dengan fragmen.
  Semen adalah bahan pengikat antara matrik dan fragmen. Dalam Batuan Sedimen klastik dikenal ada tiga macam semen, yaitu karbonat (kalsit, dolomit), silikat (kalsedon, kuarsa), dan oksida besi (hematit, limonit).
•         Tekstur
  Ukuran Besar Butir (Grain Size)
Dalam pemerian ukuran butir digunakan pedoman ukuran dari “SkalaWentworth ”.
  Derajat Pemilahan (Sortasi)
Merupakan gambaran tingkat keseragaman dari butiran pembentuk Batuan Sedimen. Dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
-         Pemilahan baik (well sorted)
-         Pemilahan sedang (moderately sorted)
-         Pemilahan buruk (poorly sorted)
  Derajat Pembundaran (Roundness)
Merupakan nilai membulat atau meruncingnya fragmen pembentuk Batuan Sedimen. Dalam hal ini diberikan 6 kategori, yaitu:
-         Sangat Menyudut (Very angular)
-         Menyudut (angular)
-         Menyudut tanggung (sub-angular)
-         Membulat tanggung (sub-rounded)
-         Membulat (rounded)
-         Membulat baik (well rounded)
•            Struktur
  Struktur perlapisan dimana struktur ini merupakan sifat utama dari Batuan Sedimen klastik yang menghasilkan bidang-bidang sejajar sebagai hasil dari proses pengendapan
  Permeabilitas adalah kemampuan batuan tersebut untuk melewatkan fluida dalam medium berpori-pori yang saling berhubungan.
  Porositas adalah perbandingan antara volume batuan yang tidak terisi oleh padatan  terhadap  volume  batuan  secara  keseluruhan.
B.     Batuan Sedimen Non-Klastik
Batuan Sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan organisme (sedimentasi organis) misalnya reaksi yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (sedimentasi kimia). Contohnya gipsum, dolomit dan sebagainya.
•            Batuan Sedimen Organik
Batuan Sedimen yang dihasilkan oleh aktifitas organisme, terdapat sisa organisme yang biasanya tetap tinggal ditempatnya. Contoh dari Batuan Sedimen macam ini adalah gamping koral, diaotema dan lain-lain. Pada batuansedimen organik selalu terlihat struktur-struktur organismenya dengan jelas, walaupun sering kali juga terdapat rekristalisasi.
•            Batuan Sedimen Kimia
Sebagian dari sedimen macam ini dihasilkan oleh proses penguapan, terutama didaerah aride, contohnya adalah endapan gipsum, garam dan lain-lain. Batuan Sedimen kimiawi biasanya hanya terdiri dari satu macam susunan mineral saja, yang jelas walaupun bersifat hablur tetapi kilapnya adalah non-metalic. Pemerian Batuan Sedimen kimiawi meliputi warna, komposisi mineral, kilap, ukuran butir dan mineral. Teksturnya kristalin, amorf, gelas,fibrous dan sebagainya.

2.3      Batuan Metamorf
Batuan Metamorf merupakan batuan yang terbentuk karena perubahan dari batuan induk oleh suatu proses metamorphose. Batuan induk atau batuan asal tersebut berasal dari Batuan Sedimen, Batuan Beku dan Batuan Metamorf itu sendiri. Prosesmetamorphose adalah proses dimana batuan asal mengalami penambahan tekanan atau temperatur, bisa juga oleh kenaikan dari suhu dan temperatur secara bersamaan. Prosesmetamorphose ini berlangsung dari fase padat ke fase padat tanpa melalui fase cair. Hal ini sering disebut dengan proses isokimia, dimana komposisi kimia batuan tidak berubah, yang berubah adalah susunan mineraloginya.
Batuan asal atau batuan induk baik berupa Batuan Beku, Batuan Sedimen maupun Batuan Metamorf dan telah mengalami perubahan mineralogi, tekstur dan struktur sebagai akibat adanya perubahan temperatur (di atas proses diagenesa dan di bawah titik lebur 200oC sampai 350oC kurang dari T kurang dari 650oC sampai 800oC) dan tekanan yang tinggi (1 atmosfer kurang dari P kurang dari 10.000 atmosfer) disebut Batuan Metamorf. Proses metamorphose tersebut terjadi di dalam bumi pada kedalaman lebih kurang 3 km sampai 20 km. Winkler (1989) menyatakan bahwasannya proses-proses metamorphose itu mengubah mineral-mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau responterhadap kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan Beku dan Batuan Sedimen dibentuk akibat interaksi dari proses kimia, fisika,biologi dan kondisi-kondisinya di dalam bumi serta di permukaannya. Bumi merupakan sistem yang dinamis, sehingga pada saat pembentukannya, batuan-batuan mungkin mengalami keadaan yang baru dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan perubahan yang luas di dalam tekstur dan mineraloginya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada tekanan dan temperatur di atas diagenesa dan di bawah pelelehan, maka akan menunjukkan sebagai proses metamorphose.
Suatu batuan mungkin mengalami beberapa perubahan lingkungan sesuai dengan waktu, yang dapat menghasilkan batuan polimetamorfik. Sifat-sifat yang mendasar dari perubahan metamorfik adalah batuan tersebut terjadi selama batuan berada dalam kondisi padat. Perubahan komposisi di dalam batuan kurang berarti pada tahap ini, perubahan tersebut adalah isokimia yang terdiri dari distribusi ulang elemen-elemen lokal dan volatil diantara mineral-mineral yang sangat reaktif. Pendekatan umum untuk menggambarkan batas antara diagenesa dan metamorphose adalah menentukan batas terbawah dari metamorphose sebagai kenampakan pertama dari mineral yang tidak terbentuk secara normal di dalam sedimen-sedimen permukaan, seperti epidot dan muskovit. Walaupun hal ini dapat dihasilkan dalam batas yang lebih basah. Sebagai contoh, metamorphose shale yang menyebabkan reaksi kaolinit dengan konstituen lain untuk menghasilkan muskovit. Bagaimanapun juga, eksperimen-eksperimen telah menunjukkan bahwa reaksi ini tidak menempati pada temperatur tertentu tetapi terjadi antara 200°C sampai 350°C yang tergantung pada pH dan kandungan potasium dari material-material disekitarnya. Mineral-mineral lain yang dipertimbangkan terbentuk pada awal metamorphose adalah laumonit, lawsonit, albit, paragonit atau piropilit. Masing-masing terbentuk pada temperatur yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda, tetapi secara umum terjadi kira-kira pada 150°C atau dikehendaki lebih tinggi. Di bawah permukaan, temperatur di sekitarnya 150°C disertai oleh tekanan lithostatikkira-kira 500 bar.
Batas atas metamorphose diambil sebagai titik dimana kelihatan terjadi pelelehan batuan. Di sini kita mempunyai satu variabel, sebagai variasi temperatur pelelehan sebagai fungsi dari tipe batuan, tekanan lithostatik dan tekanan uap. Satu kisaran dari 650°C sampai 800°C menutup sebagian besar kondisi tersebut. Batas atas darimetamorphose dapat ditentukan oleh kejadian dari batuan yang disebut migmatit.
1.            Faktor yang mempengaruhi terbentuknya Batuan Metamorf
•            Metamorphosethermal atau kontak, yaitu metamorphose yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur. Jenis ini biasanya ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma atau ekstrusi magma dengan batuan disekitarnya.
•            Metamorphose dinamo atau dislokasi (kataklastik), yaitu salah satu jenismetamorphose yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan. Tekanan yang berpengaruh adalah hidrostatis (mencakup ke segala arah) dan stress(tekanan secara searah). Semakin dalam ke arah kerak bumi, pengaruh tekanan hidrostatis akan semakin besar. Pada permukaan bumi didapatkan pada daerah sesar atau patahan.
•            Metamorphose regional, yang diakibatkan oleh kenaikan tekanan dan temperatur secara bersama-sama. Biasanya didapatkan pada geosinklin yang mengalami penurunan terus menerus (daerah tumbukan atau subdunction zone).
2.      Tekstur
  Kristaloblastik
Tekstur yang terjadi saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak tampak lagi).Dalam pembentukkan Batuan Beku mineral tumbuh pada suasana cair.Kristaloblastik terbagi menjadi:

  Lepidoblastik
Tekstur Batuan Metamorf yang didominasi oleh mineral-mineral pipih yang memperlihatkan orientasi sejajar seperti mineral-mineral biotit,muscovite dan sebagainya.
  Nematoblastik
Terdiri dari mineral-mineral berbentuk prismatic menjarum (acicular,rod-like) yang memperlihatkan orientasi sejajar, misalnya mineral amphibol, silimanit, piroksen dan lain-lain.
  Granoblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf yang terdiri dari mineral-mineral yang berbentuk butiran-butiran dengan sisi kristal yang bergigi (sutered). Contohnya Kuarsa, Garnet dan lain-lain.
  Porfiroblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf dimana suatu kristal besar (fenokris) tertanam pada masa dasar relative halus. Identik dengan porfiritik.
  Idioblastik
Tekstur pada Batuan Metamorf dimana bentuk mineral-mineral penyusunnya berbentuk euhedral.
  Xenoblastik
Sama dengan idioblastik tetapi bentuk mineral-mineralnya adalahanhedral.
  Palimpsest (Tekstur Sisa)
•         Blastoporfiritik yaitu suatu tekstur sisa dari batuan asal yang bertekstur porforitik.
•         Blasto-opitik yaitu suatu tekstur sisa dari batuan asal yang
opitik.



3.      Struktur
Struktur pada Batuan Metamorf merupakan hubungan antara butiran dengan butiran lainnya dalam Batuan Metamorf. Kebanyakan Batuan Metamorf mempunyai struktur foliasi.
•         Foliasi
Foliasi adalah sifat perlapisan (foliates atau daun) atau berdaun. Namun harus dibedakan dengan lapisan sedimen. Disini terjadi penyusunan kristal-kristal daripada mineral secara pertumbuhan dalam arah panjang dari mineral. Foliasi ini dapat berjenis-jenis:
  Slatycleavage
Struktur yang khas pada batuan sabak (slate), seperti schistocity, tanpa ada segregation bedding (perlapisan akibat pemisahan macam-macam mineral). Mineral-mineral sangat halus dan tidak dapat dilihat secara megaskopis (belahan-belahan sangat kecil dengan mika-mika mikroskopis). Contohnya Slate (batu sabak), batu lempung yang mengalami metamorphose dengan fasies rendah.
  Phyllitic
Struktur pada batuan filit, tingkatanya lebih tinggi dari slate, sudah ada segregation bedding tetapi tidak sebaik batuan yang berteksturschistocity (foliasi diperlihatkan oleh kepingan-kepingan halus mika).
  Schistose
Foliasi yang diperlihatkan secara jelas oleh kepingan-kepingan mika, memberikan belahan yang rata atau tidak putus-putus (closed schistochity). Sering juga merupakan perulangan antara mineral-mineral pipih dengan mineral-mineral berbutir.

  Gneissic
Foliasi diperlihatkan oleh penyusun mineral-mineral yang granular dan memperlihatkan belahan-belahan yang tidak rata (perlapisan mineral membentuk jalur yang terputus-putus atau open schistocity).
•         Non-foliasi
Struktur non-foliasi ini dalam Batuan Metamorf dicirikan dengan tidak terdapatnya suatu penjajaran daripada mineral-mineral yang ada dalam Batuan Metamorf, yaitu:
  Hornfelsik atau hornfels
Struktur khas pada batuan hornfels (metamorf thermal) dimana butir-butirnya equidemensional tidak menunjukkan pengarahan atau orientasi.
  Kataklastik
Struktur yang terdiri dari pecahan-pecahan atau fragmen-fragmen batuan maupun mineral. Kelompok mineral atau batuan tersebut tidak menunjukkan arah. Contohnya Breksi patahan, biasanya dijumpai pada zona-zona sesar atau patahan.
  Milonitik
Sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih halus, dan dapat dibelah-belah seperti schistose. Struktur milonitik ini dapat dipakai untuk ciri adanya sesar suatu daerah. Hubungannya dengan kataklastik, disini pergerakan sesarnya lebih kuat, sehingga fragmennya akan lebih halus karena adanya penggerusan oleh sesar dan biasanya menunjukkan orientasi.
4.      Komposisi
Pada hakekatnya komposisi mineral Batuan Metamorf dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

•            Mineral Stress
Suatu mineral yang berbentuk dan stabil dalam kondisi tekanan dan suhu (T), dimana mineral ini dapat berbentuk pipih atau tabular, prismatic. Contonya Mika, kyanit, klorit, staurolit, serpentin, epidot.
•            Mineral Anti Stress
Suatu mineral yang terbentuk bukan dalam kondisi tekanan dimana biasanya berbentuk equidimensional. Contohnya kuarsa, kalsit, feldspar, kordierit dan granit.

2.4      Topografi
Kata topografi berasal dari kata Yunani yaitu topos yang berarti tempat, dan graphia yang berarti tulisan. Topografi adalah bentuk dari permukaan bumi. Dalam pengertian yang lebih luas, topografi tidak hanya mengenai bentuk permukaan saja, tetapi juga vegetasi dan pengaruh manusia terhadap lingkungan. Topografi  untuk umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identifikasi jenis lahan. Penggunaan kata topografi dimulai sejak zaman Yunani kuno dan berlanjut hingga Romawi kuno, sebagai detail dari suatu tempat. Objek dari topografi adalah mengenai posisi suatu bagian dan secara umum menunjuk koordinat secara horizontal seperti garis lintang dan garis bujur, dan secara vertikal yaitu ketinggian. Mengidentifikasi jenis lahan juga termasuk bagian dari objek studi ini. Studi topografi dilakukan dengan berbagai alasan, diantaranya perencanaan militer dan eksplorasi geologi, untuk kebutuhkan konstruksi sipil, pekerjaan umum, dan proyek reklamasi.
Ada 2 istilah yang sering ditemukan yang berkaitan dengan topografi, yakni ukur topografi dan peta topografi.
1.      Ukur topografi adalah pemungutan dan pengumpulan data mengenai kedudukan dan bentuk permukaan bumi. Kaidah yang digunakan di dalam ukur topografi antara lain ukur aras, tekimetri, meja datar, fotogrametri dan penginderaan jauh.
2.      Peta topografi adalah suatu representasi di atas bidang datar tentang seluruh atau sebagian permukaan bumi yang terlihat dari atas, diperkecil dengan perbandingan ukuran tertentu. Peta topografi menggambarkan secara proyeksi dari sebafian fisik bumi, sehingga dengan peta ini bisa diperkirakan bentuk permukaan bumi. Bentuk relief bumi pada peta topografi digambarkan dalam bentuk Garis-Garis Kontur. Peta topografi menampilkan semua unsur yang berada di atas permukaan bumi, baik unsur alam maupun buatan manusia. Peta jenis ini biasa dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan di alam bebas, termasuk peta untuk kepentingan militer, teknik sipil, dan arkeologi.
Bentuk muka bumi di daratan meliputi hal-hal sebagai berikut :
a.       Gunung, merupakan bentuk permukaan bumi menjulang tinggi yang berbentuk kerucut.
b.      Pegunungan, terdiri dari rangkaian gunung-gunung.
c.       Dataran tinggi atau plato merupakan bagian permukaan bumi yang tingginya lebih dari 700 meter di atas permukaan air laut, dan lapisan tanahnya relatif datar atau horizontal.
d.      Bukit adalah dataran yang tinggi, lebih tinggi dari sekelilingnya tetap lebih rendah dari gunung.
e.       Dataran rendah adalah dataran yang tingginya hanya beberapa meter di atas permukaan air laut.
f.       Lembah adalah bagian permukaan bumi yang rendah yang berada di kanan dan kiri kaki gunung.
g.      Ngarai atau kanyon merupakan lembah yang curam dan dalam, di dasar lembah tersebut terdapat sungai yang mengalir.
h.      Cekungan (basin) adalah bentuk muka bumi yang mencekung seperti mangkok, umumnya dikelilingi oleh gunung atau pegunungan.
i.        Depresi kontinental adalah daratan yang lebih rendah daripaa permukaan laut.
j.        Pematang adalah suatu bukit atau pegunungan yang puncaknya berderet-deret.
k.      Lereng adalah suatu daerah permukaan tanah yang letaknya miring.
l.        Daerah lipatan adalah permukaan bumi yang bergelombang dengan arah mendatar, terjadi karena tenaga endogen.
m.    Sleng (graben) adalah jalur batuan yang terletak di antara dua batuan yang tinggi dan masing-masing batuan dipisahkan oleh bidang-bidang patahan.
n.      Dome adalah daerah datar yang terangkat dan membentuk cembung.
Topografi merupakan faktor pasif  dalam pembentuk tanah. Yang dimaksud dengan topografi adalah bentuk lahan suatu daerah (morfologi regional). Topografi umumnya menyuguhkan relief permukaan, model tiga dimensi, dan identitas jenis lahan. Relief adalah bantuk permukaan suatu lahan yang dikelompokkan atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitude) dari permukaan bumi (bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform). Sedang topografi secara kualitatif adalah bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif dinyatakan dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lereng, panjang lereng dan bentuk lereng.
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring mempercepat berbagai proses erosi air, sehingga mempengaruhi kedalaman solum tanah, pengaruh iklim nibsi tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah.



Topografi mempengaruhi proses pembentukan tanah dengan 4 cara :
a.       Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah.
b.      Kedalaman air tanah.
c.       Besarnya erosi yang terjadi.
d.      Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah.
Sehingga dengan demikian komponen relief dan topografi yang menimbulkan efek terhadap pembentukan tanah adalah :
a.       Beda tinggi permukaan lahan (amplitude).
b.      Bentuk permukaan lahan.
c.       Derajat kelerengan.
d.      Panjang lereng.
e.       Arah lereng.
f.       Bentuk punggung lereng.
Semua komponen relief atau topografi tersebut bersama elemen iklim secara tak langsung berkolerasi terhadap :
a.       Pelapukan fisik dan kimiawi batuan
b.      Transportasi (erosi) bahan terlapuk di permukaan tanah
c.       Translokasi (pemindahan secara gravitasi) atau euvasi dan podsolisi
d.      Deposisi dan sedimentasi atau illuviasi (penimbunan)
Dengan demikian efek langsung relief dan topografi terhadap tanah adalah pada :
a.       Tebal solum tanah
Solum tanah pada daerah lembah dan dataran akan lebih tebal dibandingkan solum tanah yang terdapat di puncak bukit atau lereng terjal. Hal ini karena di dataran tinggi (puncak bukit atau lereng terjal) intensitas erosi lebih tinggi, sedangkan daerah yang datar (daerah lembah dan dataran) lapisan tanahnya tebal karena mengalami sedimentasi dan minim tingkat erosi.
b.      Drainase tanah
Tanah di daerah lembah atau cekungan memiliki drainase yang kurang baik dan sebaliknya untuk daerah-daerah berlereng lebih cepat atau baik. Daerah yang drainasenya kurang baik yang dicirikan dengan sering terdapat genangan air menyebabkan tanah menjadi asam.
c.       Satuan tanah
Jenis tanah yang perbedaanya ditentukan oleh regim kelembaban dan kelas drainase serta penciri oksida reduksi, sangat dipengaruhi oleh relief atau topografi.
d.      Tingkat erodibilitas tanah
Semakin besar selisih tinggi, derajat kelerenga, dan panjang lereng maka semakin besar tingkat erodibilat tanah.

Secara keseluruhan bagian topografi yang mempengaruhi pembentukan tanah adalah lereng, yang telah diuraikan secara rinci di atas bagian dari lereng yang berpengaruh terhadap pembentukan tanah. Lereng erat kaitannya dengan erosi air. Erosi air menyebabkan pergerakan tanah ke lereng bagian bawah. Penyingkiran tanah dari bagian atas lereng yang berbentuk konvek menyebabkan terbentuknya tanah dangkal dan berbatu.  Bahan hasil erosi yang kemudian diendapkan di lereng bagian bawah membentuk koluvium atau alluvium dan menyebabkan meningkatnya kedalaman tanah di lereng bagian bawah. Tanah yang terdapat di lereng bagian bawah memiliki tekstur yang lebih halus karena air yang bergerak dari lereng atas ke lereng bawah berupa limpasan permukaan dan aliran bawah tanah.
Variasi jenis tanah di berbagai topografi diantaranya adalah:
a.       Di daerah beriklim humid tropika dengan bahan induk tuff vulkanik, pada tanah yang datar membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat.
b.      Di lereng pegunungan akan terbentuk latosol merah dan grumusol bewarna kuning coklat.
c.       Didaerah semi aris (agak kering) dengan bahan induk naval pada topografi datar akan membentuk tanah jenis tanah grumusol kelabu.
d.      Di lereng pegunungan yang curam akan terbentuk tanah dangkal. Adanya pengaliran air menyebabkan tertimbunya garam-garam dikaki lereng, sehingga di kaki gunung berapi didaerah sub humid terbentuk tanah berwarna kecoklat-coklatan yang bersifat seperti grumusol, baik secara fisik maupun kimianya.
e.       Di lereng cekung seringkali membentuk cekungan pengendapan yang mampu menampung air dan bahan-bahan tertentu sehingga terbentuk tanah rawang atau merawang.
f.       Di dataran atau cekungan dimana air hujan tidak mudah meresap ke dalam tanah atau mengalir ke luar, maka air akan menggenang dan terbentuklah tanah yang berwarna kelabu banyak mengandung karatan.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam pelaksanaan Praktikum Geologi Dasar tentang batuan, Mahasiswa dan Mahasiswi melakukan pengamatan dan identifikasi terhadap jenis, struktur, tekstur dan komposisi mineral batuan. Selama praktikum, penyusun melakukan beberapa metode penelitian, antara lain:
3.1           Metode Penelitian Langsung
Dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap batuan pada saat melaksanakan praktikum. Pelaksanaan praktikum merupakan tahapan pengambilan data-data batuan melalui pencatatan dari hasil objek batuan yang telah diamati, diteliti dan diidentifikasi.
3.2           Metode Studi Literatur
Merupakan data yang diperoleh dari buku-buku atau hand book, media cetak seperti majalah tentang batuan, media elektronik dan internet sebagai bahan tambahan dalam penyusunan laporan yang berkaitan dengan topik yang ditulis. Dan metode studi literatur ini juga untuk lebih menambah wawasan dan pengetahuan kita.
3.3           Metode Interview
Data-data yang digunakan untuk penulisan laporan ini didapat dari konsultasi langsung dengan Dosen Mata Kuliah Geologi Dasar, Asisten Praktikum Geologi Dasar, Para Ahli Geologi maupun dengan teman seangkatan dan kakak tingkat.

BAB IV
BATUAN BEKU
4.1         Tujuan
1.    Mengetahui jenis-jenis batuan beku
2.   Mengidentifikasi struktur pembentuk batuan beku
3.   Mengklasifikasi jenis-jenis batuan beku
4.   Mengetahui ciri-ciri fisik batuan beku
5.   Mengetahui klasifikasi batuan beku
4.2         Dasar Teori
Batuan beku atau batuan iqneus adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik dibawah permukaan bumi maupun diatas permukaan bumi dimana magma ini dapat berasal dari proses konvergensi antar batuan sehingga batuan hasil tumbukan mencair sehingga menjadi magma.
Klasifikasi dari batuan beku dapat kita bedakan dari tempat proses pembetukannya dimana terbagi menjadi dua, yaitu: batuan beku intrusif (batuan yang membeku dibawah permukaan bumi) dan batuan beku ekstrusif (batuan yang membeku diatas permukaan bumi).
Batuan beku sering kita jumpai di daerah lereng pegunungan. Batuan Beku sendiri merupakan batuan yang berasal dari hasil pembentukan magma yang mempunyai tekstur hablur (kristalin). Pembentukan Batuan Beku berasal dari pembekuan magma yang ada dibawah permukaan bumi atau hasil pembekuan lava dipermukaan bumi. Magma merupakan cairan kental yang berasal darilarutan silika dan terbentuk secara alamiah, yang memiliki temperatur tinggi antara 1.500°C sampai 2.500°C dan bersifat mudah bergerak serta terletak pada kerak bumi bagian bawah. Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan menuju permukaan bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa ini disebut dengan penghabluran.
Batuan Beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral penyusun Batuan Beku. Salah satu klasifikasi Batuan Beku dari kimia adalah dari senyawa oksidanya, seperti Silikat oksida (SiO2), Titanium oksida (TiO2), Aluminium oksida (AlO2), Besi (II) oksida (Fe2O3), Besi oksida (FeO), Mangan oksida (MnO), Magnesium oksida (MgO), Kalsium oksida (CaO), Sodium oksida (Na2O), Potasium oksida (K2O),air (H2O+), Porporus penthoxide (P2O5), dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan mineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia Batuan Beku, diasumsikan bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai pembentukannya. BatuanBeku yang telah mengalami ubahan atau pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa harusla batuan yang sangat segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu sebagai catatanpengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi
Berdasarkan komposisi mineralnya Batuan Beku dibagi menjadi tiga jenis batuan, yaitu:
•          Batuan Beku asam
•          Batuan Beku intermediet
•          Batuan Beku asam
Namun seiring dengan berkembangnya zaman, klasifikasi batuan telah dikembangkan lagi. Sehingga dapat diklasifikasikan lebih mendetail. Salah satunya adalah klasifikasi batuan dilihat dari segi kimiawi. Klasifikasi secara kimiawi ini berdasarkan atas persentase kandungan SiO2, yaitu:

•          Batuan Beku asam yaitu > 66% SiO2.
•          Batuan Beku intermediet yaitu 52%-66% SiO2.
•          Batuan Beku basa yaitu 45%- 52% SiO2.
•          Batuan Beku ultra basa yaitu < 45% SiO2.
1.       Struktur
Struktur batuan beku umumnya dapat dilihat dilapangan saja dan hanya beberapa saja yang dapat dilihat dalan hand specimensample:
•          Masif yaitu Batuan Beku yang tidak menunjukan adanya lubang-lubang ataustruktur aliran.
•          Vesikuler yaitu Batuan Beku yang berlubang-lubang yang disebabkanoleh keluarnya gas pada waktupembekuan magma,arah lubang itu teratur.
•          Scoria yaitu Batuan Beku yangberlubang-lubang besar tetapi arah tidak teratur.
•          Amigdaloidal yaitu Batuan Beku yang lubang-lubangnya terisi oleh mineralsekunder.
2.       Tekstur
Tekstur adalah hubungan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Untuk Batuan Beku, pengamatan tekstur meliputi:
•          Derajat Kristalisasiyang terbagi menjadi 3, yaitu:
  Holokristalin yaitu apabila batuan terdiri dari massa kristalseluruhnya.
  Holohyalin yaitu apabila batuan terdiri dari massagelasseluruhnya.
  Hipokrislatin yaitu apabila sebagian terdiri dari massakristal dan massa gelas.



•          Granularitas terbagi menjadi 2, yaitu:
  Fanerik yaitu apabila kristal-kristalnya jelas sehingga dapat dibedakan dengan mata biasa, antara lain:
-       Halus dengan diameter < 1 mm.
-       Sedang dengan diameter 1 sampai 5 mm.
-       Kasar dengan diameter 5 sampai 30 mm.
-       Sangat kasar dengan diameter > 30 mm.
  Afanitik yaitu apabila kristal-kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan pandangan mata biasa.
•          Bentuk Kristal, terbagi menjadi 3, yaitu:
  Euhedral yaitu apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
  Subhedral yaitu apabila sebagian dari batas-batas mineral sudah tidak tampak lagi.
  Anhedral yaitu apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang
       kristal asli.
•          Relasi terbagi menjadi 2, yaitu:
  Equigranular yaitu bila secara relative ukuran kristal pembentuk batuan berukuran sama besar.
  Inequigranular yaitu bila ukuran kristal pembentuknya tidak sama.
3.       Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral kita cukup menggunakan indeks warna dari bentuk kristal, sebagai dasar penentuan mineral penyusun batuan. Atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokan menjadi dua:
•          Mineral Felsik yaitu yang berwarna cerah terutama kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muscovite.
•          Mineral Mafik yaitu yang berwarna gelap terutama biotic, piroksen, amphiboldan olivine.

Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan. Batuan Beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang  tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash feldsfar dan muskovit. Batuan Beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya Batuan Beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan Beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah Batuan Beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.Beberapa contoh Batuan Beku, yaitu:
1.       Granit
Granit adalah Batuan Beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang, mempunyai banyak warna umumnya putih, kelabu, merah jambu atau merah. Warna ini disebabkan oleh variasi warna dari mineral feldspar. Granit terbentuk jauh di dalam bumi dan tersingkap di permukaan bumi karena adanya erosi danaktivitas tektonik. Granit merupakan batuan yang banyak terdapat di alam. Di Indonesia, granit terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya (Papua), dan lain-lain. Granit dapat digunakan sebagai bahan pengeras jalan, pondasi, galangan kapal, dan bahan pemoles lantai, serta pelapis dinding.

                                                             
Gambar 4.1 Batuan Beku Granit
(Sumber: http://tambangunp.blogspot.com/2013/07/struktur-dan-tekstur-batuan.html)

2.       Granodiorit
Granodiorit adalah Batuan Beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, berwarna terang, menyerupai granit. Granodiorit dapat digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain. Granodiorit banyak terdapat di alam dalam bentuk batholoite, stock, sill dan retas yang tersebar di Bukit Barisan, Sumatera.









Gambar 4.2 Batuan Beku Granodiorit
(Sumber: http://tambangunp.blogspot.com/2013/07/struktur-dan-tekstur-batuan.html)



3.    Diorit

Diorit adalah Batuan Beku dalam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang, warnanya agak gelap. Diorit merupakan batuan yang banyak terdapat di alam. Di Jawa Tengah banyak terdapat di kota Pemalang dan Banjarnegara.



Gambar 4.3 Batuan Beku Diorit
(Sumber: http://tambangunp.blogspot.com/2013/07/struktur-dan-tekstur-batuan.html)
4.       Gabro
Gabro adalah Batuan Beku dalam yang umumnya berwarna hitam, mineralnya berbutir kasar hingga sedang. Dapat digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, dan yang dipoles sangat disukai karena warnanya hitam, sehingga baik untuk lantai atau pelapis dinding. Di Pulau Jawa, batuan ini terdapat di Selatan Ciletuh, Pegunungan Jiwo, Serayu, dan Pemalang.







Gambar 4.4 Batuan Beku Gabro
(Sumber: http://tambangunp.blogspot.com/2013/07/struktur-dan-tekstur-batuan.html)
5.    Andesit

Andesit adalah Batuan Beku permukaan. Batuan lelehan dari diorit, mineralnya berbutir halus, komposisi mineralnya sama dengan diorit, warnanya kelabu. Gunung api di Indonesia umumnya menghasilkan batuan andesit dalam bentuk lava maupun piroklastika. Batuan andesit yang banyak mengandung hornblenda disebut andesit hornblenda, sedangkan yang banyak mengandung piroksin disebut andesit piroksin. Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, bendungan, konstruksi beton, dan lain-lain. Adapun yang berstruktur lembaran banyak digunakan sebagai batu tempel.
Gambar 4.5  Batuan Beku Andesit
(Sumber: http://tambangunp.blogspot.com/2013/07/struktur-dan-tekstur-batuan.html)
6.       Basalt
Basal adalah Batuan Beku permukaan. Batuan lelehan dari gabro, mineralnya berbutir halus, berwarna hitam. Gunungapi di Indonesia umumnya menghasilkan batuan basal dalam bentuk lava maupun piroklastika. Batuan ini banyak digunakan untuk pengeras jalan, pondasi, bendungan, konstruksi beton, dan lain-lain. Basal yang berstruktur lembaran banyak digunakan sebagai batusampel. Basal umumnya berlubang-lubang akibat bekas gas, terutama pada bagian permukaannya.
                                   
Gambar 4.6
Batuan Beku Basalt
(Sumber: http://tambangunp.blogspot.com/2013/07/struktur-dan-tekstur-batuan.html)

4.3         Alat dan Bahan
4.3.1         Alat
•          Kamera
•          Luv
•          Mistar
•          Penghapus
•          Pensil
•          Pensil warna
•          Pulpen
•          Tipe-X
4.3.2         Bahan
•          Batuan Beku Apung
•          Batuan Beku Andesit
•          Batuan Beku Diorit
•          Batuan Beku Gabro
•          Batuan Beku Granit
•          Batuan Beku Obsidian

4.4         Prosedur Praktikum
1.    Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2.   Mengamati  jenis batuan, warna batuan, struktur batuan, tekstur batuan (derajat kristalisasi, granularitas, bentuk kristal, relasi), komposisi batuan dan nama batuan.
3.   Mengambil foto dari batuan.
4.   Mencatat hasil deskripsi pada buku pendahuluan.
5.   Menggambar batuan.
6.   Merapikan alat dan bahan yang telah digunakan.














4.5         Hasil Pengamatan
4.5.1         Batuan Pertama
•       Nomor Urut                          : 1
•       Nomor Batuan                      : 1.1
•       Nama Batuan                                    : Apung
•       Warna Batuan                       : Cerah
•       Jenis Batuan                         : Batuan Beku
•       Struktur Batuan                    : Skoria
•       Tekstur Batuan                  
o   Derajat Kristalisasi         : Holokristalin
o   Granularitas                   : Afanitik
o   Bentuk Kristal                : Subhedral
o   Relasi                              : Inequigranular
•       Komposisi                             : Felsik
•       Gambar                                 :


Gambar 4.1
Batuan Beku Apung







4.5.2         Batuan Kedua
•       Nomor Urut                          : 2
•       Nomor Batuan                      : 1.2
•       Nama Batuan                                    : Batuan Obsidian
•       Warna Batuan                       : Gelap
•       Jenis Batuan                         : Batuan Beku
•       Struktur Batuan                    : Masif
•       Tekstur Batuan
o   Derajat Kristalisasi         : Holonyalin
o   Granularitas                   : Afanitik
o   Bentuk Kristal                : Anhedral
o   Relasi                              : Equigranular
•       Komposisi                             : Mafik
•       Gambar                                 :


Gambar 4.2
Batuan Beku Obsidian






4.5.3         Batuan Ketiga
•       Nomor Urut                          : 3
•       Nomor Batuan                      : 1.3
•       Nama Batuan                                    : Andesit
•       Warna Batuan                       : Gelap
•       Jenis Batuan                         : Batuan Beku
•       Struktur Batuan                    : Xenolotis
•       Tekstur Batuan                  
o   Derajat Kristalisasi         : Hipokristalin
o   Granularitas                   : Afinatik
o   Bentuk Kristal                : Subhendral
o   Relasi                              : Inequigranular
•       Komposisi                             : Mafik
•       Gambar                                 :

Gambar 4.3
Batuan Beku Andesit






4.5.4         Batuan Keempat
•       Nomor Urut                          : 4
•       Nomor Batuan                      : 1.4
•       Nama Batuan                                    : Batu Gabro
•       Warna Batuan                       : Gelap
•       Jenis Batuan                         : Batuan Beku
•       Struktur Batuan                    : Xenolotis
•       Tekstur Batuan                  
o   Derajat Kristalisasi         : Hipokristalin
o   Granularita                     : Afanitik
o   Bentuk Kristal                : Subhedral
o   Relasi                              : Equigranular
•       Komposisi                             : Mafik
•       Gambar                                 :

Gambar 4.4
Batuan Beku Gabro







4.5.5         Batuan Kelima
•       Nomor Urut                          : 5
•       Nomor Batuan                      : 5.1
•       Nama Batuan                                    : Diorit
•       Warna Batuan                       : Terang
•       Jenis Batuan                         : Batuan Beku
•       Struktur Batuan                    : Masif
•       Tekstur Batuan                     :
o   Derajat Kristalisasi         : Hipokristalin
o   Granularitas                   : Fenerik
o   Bentuk Kristal                : Euhedral
o   Relasi                              : Equigranular
•       Komposisi                             : Mafik
•       Gambar                                 :

Gambar 4.5
Batuan Beku Diorit







4.5.6         Batuan Keenam
•       Nomor Urut                          : 6
•       Nomor Batuan                      : 6.1
•       Nama Batuan                                    : Granit
•       Warna Batuan                       : Terang
•       Jenis Batuan                         : Batuan Beku
•       Struktur Batuan                    : Masif
•       Tekstur Batuan                     :
o   Derajat Kristalisasi         : Holokristalin
o   Granularitas                   : Fanerik
o   Bentuk Kristal                : Euhedral
o   Relasi                              : Equigranular
•       Komposisi                             : Felsik
•       Gambar                                 :

Gambar 4.6
Batuan Beku Granit






4.6         Analisa Percobaan
Percobaan kali ini berjudul percobaan batuan beku. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat saya pahami bahwa batuan beku merupakan batuan yang terbentuk akibat pembekuan magma baik yang terjadi di dalam bumi, di perjalanan menuju permukaan bumi, maupun di permukaan bumi.
Percobaan batuan beku bertujuan untuk mengetahui tentang batuan beku, mengetahui tentang klasifikasi batuan beku, mengetahui komponen penyusun batuan beku, mengetahui tekstur, struktur dan mineral batuan beku dan mengetahui berbagai macam dan contoh batuan beku.
Warna dari batuan memiliki kaitan yang erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan. Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang  tersusun atas mineral-mineral felsik,contohnya kuarsa, potash feldsfar dan muscovite. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
Batuan beku yang diklasifikasikan berdasarkan strukturnya yaitu ada masif. Batuan beku dapat digolongkan dalam masif jika batuan menunjukan adanya lubang-lubang atau suatu stuktur aliran. Ada juga amigdaloida yang dapat dimasukkan kedalam masif karenaamigdaloida yaitu batuan beku yang lubang-lubangnya sudah terisi mineral sekuder yang sebelumnya lubang-lubang itu kosong. Ada juga vesikuler yaitu jika batuan beku berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma dan arah dari lubang-lubang tersebut teratur. Selanjutnya ada scoria yaitu batuan beku yang berlubang-lubang besar tapi arahnya tidak teratur. Yang terakhir ada xenolitis yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen atau pemecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintruksi.
Tekstur batuan beku dapat dilihat dari derajat kristalisasinya, granularitasnya, bentuk kristalnya, dan relasinya. Dari derajat kristalisasi dapat dibagi menjadi holokristalinjika batuan terdiri dari massa kristal seluruhnya, holohyalin jika batuan terdiri dari massa gelas seluruhnya, dan hipokristalin jika batuan terdiri dari sebagian massa gelas dan kristal. Dari Granularitanya yaitu fanerik apabila kristal-kristalnya tampak jelas dan dapat dibedakan dengan mata. Afinatik apabila kristal-kristalnya sangat halus. Sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata biasa. Dari bentuk kristalnya yaiu euhedral, subhedral dananhedral. Dari sisi relasinya yaitu equigranular dan inequigranular.
Komposisi mineral  batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan indeks warna dan bentuk kristal atas dasar warna mineral sebagai penyusun batuan beku adalah Mineral felsik (mineral yang bewarna terang terutama kwarsa, feldspar, feldspatorid dan muscovite) dan Mineral mafik (mineral yang berwarna gelap terutamabiotic, olivine, piroksin dan amphibol).
 Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Pulpen, Pensil, Pensil warna, Drawing pen, Tipe-X, Penghapus, Luv yang digunakan untuk memperjelas penelitian struktur batuan, Kamera yang digunakan untuk mengabadikan gambar batuan yang diamati, Mistar yang digunakan untuk mengukur panjang benda (batuan), dan Buku Pendahuluan Praktikum. Sedangkan bahan yang digunakan merupakan batuan yang akan diamati, yaitu batuan beku granit, batuan beku apung, batuan beku obsidian, batuan beku gabro, batuan beku basalt dan batuan beku apung.
Prosedur percobaan yang dlakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang digunakan lalu mengamati jenis batuan, ciri-ciri batuan dan komposisi mineralnya kemudian mengambil foto dan menggambar batuan, setelah itu mencatat hasil deskripsi dan yang terakhir menggambar batuan.
Batuan beku yang pertama yaitu batuan beku granit. Batuan ini memiliki nomor batuan 1.1. Warna batuan beku granit adalah putih bintik hitam. Batuan beku granit termaksuk dalam jenis batuan beku felsik karena batuan memliki warna yang cerah terutama berisi kuarsa, feldspar,feldspatoid,dan muscovite. Struktur batuannya termasukskoria (amigdaloida) yaitu struktur yang menunjukan lubang-lubang pada batuan yang terisi mineral sekunder. Terkstur batuan beku granit yaitu dilihat dari derajat kristalisasinya termasuk holokristalin yaitu sebagian massa batuan terdiri dari massa kristal seluruhnya. Dilihat dari sisi granuralitas termasuk Afanitik yaitu batuan beku yang kristal-kristalnyasangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata biasa. Dilihat dari bentuk kristalnya, batuan beku granit termasuk kedalam subhedral karena sebagian dari batas mineralnya sudah tidak tampak lagi. Jika kita lihat dari sisi relasinya maka batuan ini termasuk kedalam equigranular karena ukuran kristal pembentuk batuan ini sama besarnya. Jadi komposisi dari batuan beku granit adalah mineral felsik lebih dominan atau lebih besar daripada mineral mafik karena warna batuan yang cerah mengandung mineral kuarsa, feldspar, muscovite dan feldspatoid.
Batuan beku yang kedua yaitu batuan obsidian dengan nomor batuan 1.2. Warna batuan ini adalah hitam mulus. Struktur dari batuan ini adalah masif  karena tidak menunjukkan adanya lubang-lubang. Tekstur dari batuan ini dapat dilihat dari derajat kristalisasinya termasuk holohyalin karena batuan ini tersusun dari massa gelas seluruhnya, dilihat dari granularitasnya termasuk afanitik karena besar kristal-kristalya sangat halus, dilihat dari bentuk kristalnya termasuk anhedral karena mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli dan relasinya termasuk equigranural karena ukuran kristalnya sama besar dan komposisi mineralnya adalah mineral mafik karena mineral yang ada dalam batuan obsidian berwarna gelap.
 Batuan beku yang ketiga yaitu batuan beku basalt dengan nomor batuan 1.3.Warna batuan ini adalah hitam abu-abu. Termasuk dalam batuan jenis mafik karena batuan berwarna gelap yang biasanya mengandung mineral biotik, piroksen, amphibol, danolivine. Struktur dari batuan ini adalah vesikuler karena batuan ini memiliki lubang-lubang namun arahnya teratur. Tektur dari batuan ini dilihat dari derajat kristalisasinya termasuk dalam hipokristalin yaitu batuan yang sebagian terdiri dari massa kristal dan massa gelas. Dari sisi granularitas, batuan ini termasuk dalam fanerik sangat kasar dengan diameter lebih besar dari 30 mm. Bentuk kristal dari batuan ini adalah anhedral karena sudah tidak memiliki batas dari mineralnya. Jika dilihat dari sisi relasinya, maka batuan ini termasuk kedalam inequigranular karena ukuran kristal pembentuk batuan secara relatif berukurantidak sama besar. Jadi komposisi dari batuan beku granit adalah mineral mafik lebih besar atau dominan daripada mineral felsik.
Batuan yang yang keempat yaitu batuan beku gabro dengan nomor batuan 1.4. Warna batuan ini adalah hitam kecoklatan. Struktur dari batuan ini adalah vesikuler karena menunjukkan lubang-lubang yang beraturan pada saat keluarnya gas pada saat proses sedimentasi. Tekstur dari batuan ini dilihat dari derajat kristalisasinya adalah hipokritalin karena terdiri dari massa kristal seluruhnya, dari sisi granularitasnya termasuk fanerik karena kristalnya sangat jelas yang dapat dilihat oleh mata, bentuk kristalnya adalah subhedral karena sebagian dari batas mineralnya sudah tidak tampak lagi dan relasinya merupakan equigranural karena ukuran kristal pembentuk batuan secara relative berukuran sama besar. Jadi komposisi mineralnya adalah mineral mafik lebih besar atau ;ebih dominan dari pada mineral felsik.
Batuan beku yang kelima yaitu batuan beku granit. Batuan ini memiliki nomor batuan 1.5. Warna batuan beku granit adalah putih bintik hitam. Batuan beku granit termaksuk dalam jenis batuan beku felsik karena batuan memliki warna yang cerah terutama berisi kuarsa, feldspar,feldspatoid,dan muscovite. Struktur batuannya termasukskoria (amigdaloida) yaitu struktur yang menunjukan lubang-lubang pada batuan yang terisi mineral sekunder. Terkstur batuan beku granit yaitu dilihat dari derajat kristalisasinya termasuk holokristalin yaitu sebagian massa batuan terdiri dari massa kristal seluruhnya. Dilihat dari sisi granuralitas termasuk Afanitik yaitu batuan beku yang kristal-kristalnyasangat halus sehingga tidak dapat dibedakan dengan mata biasa. Dilihat dari bentuk kristalnya, batuan beku granit termasuk kedalam subhedral karena sebagian dari batas mineralnya sudah tidak tampak lagi. Jika kita lihat dari sisi relasinya maka batuan ini termasuk kedalam equigranular karena ukuran kristal pembentuk batuan ini sama besarnya. Jadi komposisi dari batuan beku granit adalah mineral felsik lebih dominan atau lebih besar daripada mineral mafik karena warna batuan yang cerah mengandung mineral kuarsa, feldspar, muscovite dan feldspatoid.
Batuan beku yang keenam yaitu batuan beku basalt dengan nomor batuan 1.6.Warna batuan ini adalah hitam abu-abu. Termasuk dalam batuan jenis mafik karena batuan berwarna gelap yang biasanya mengandung mineral biotik, piroksen, amphibol, danolivine. Struktur dari batuan ini adalah vesikuler karena batuan ini memiliki lubang-lubang namun arahnya teratur. Tektur dari batuan ini dilihat dari derajat kristalisasinya termasuk dalam hipokristalin yaitu batuan yang sebagian terdiri dari massa kristal dan massa gelas. Dari sisi granularitas, batuan ini termasuk dalam fanerik sangat kasar dengan diameter lebih besar dari 30 mm. Bentuk kristal dari batuan ini adalah anhedral karena sudah tidak memiliki batas dari mineralnya. Jika dilihat dari sisi relasinya, maka batuan ini termasuk kedalam inequigranular karena ukuran kristal pembentuk batuan secara relatif berukurantidak sama besar. Jadi komposisi dari batuan beku granit adalah mineral mafik lebih besar atau dominan daripada mineral felsik.
Batuan ketujuh yang diamati adalah batuan beku apung dengan nomor batuan 1.7. Warna dari batuan ini adalah putih agak cream. Batuan ini termasuk kedalam jenis batuan intermediet karena berwarna diantara cerah dan gelap. Struktur batuan dari batuan ini adalah skoria yang berarti batuan ini memiliki lubang-lubang besar dan tidak teratur. Tekstur batuan jika dilihat dari derajat kristalisasinya yaitu termasuk kedalam holokristalinkarena seluruh massa batuan terdiri dari kristal. Dari sisi granularitas, batuan beku basal termasuk kedalam fanerik halus dengan ukuran diameter kurang dari 1 mm. Bentuk kristal dari batuan ini adalah anhedral karena mineral pembentuk batuan sudah tidak mempunyai bidang kristal aslinya. Jika dilihat dari sisi relasinya, maka batuan ini termasuk kedalamequigranular karena secara relatif ukuran kristal pembentuk batuan tidak sama besarnya.Komposisi mineralnya merupakan mineral felsik karena berwarna gelap.
Batuan yang yang kedelapan yaitu batuan beku gabro dengan nomor batuan 1.8. Warna batuan ini adalah hitam kecoklatan. Struktur dari batuan ini adalah vesikuler karena menunjukkan lubang-lubang yang beraturan pada saat keluarnya gas pada saat proses sedimentasi. Tekstur dari batuan ini dilihat dari derajat kristalisasinya adalah hipokritalin karena terdiri dari massa kristal seluruhnya, dari sisi granularitasnya termasuk fanerik karena kristalnya sangat jelas yang dapat dilihat oleh mata, bentuk kristalnya adalah subhedral karena sebagian dari batas mineralnya sudah tidak tampak lagi dan relasinya merupakan equigranural karena ukuran kristal pembentuk batuan secara relative berukuran sama besar. Jadi komposisi mineralnya adalah mineral mafik lebih besar atau ;ebih dominan dari pada mineral felsik.

4.7     Analisa kesalahan
                             Dalam percobaan mengenai batuan beku ini terdapat beberapa kesalahan diantaranya, yaitu:
1.    Ada yang inhal
2.    Kelompok tidak lengkap
3.    Kurang memanfaatkan waktu

3.8         Kesimpulan
Dari Percobaan Batuan Beku dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1.       Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk akibat pembekuan magma baik yang terjadi di dalam bumi, diperjalanan menuju permukaan bumi, maupun di permukaan bumi.
2.       Batuan beku yang terbentuk dibawah permukaan merupakan batuan beku intrusif dan batuan beku yang terbentuk diatas permukaan adalah batuan beku ekstrusif.
3.       Alat yang digunakan adalah kamera, lup, pensil, pensil warna, pulpen, penggaris, tipe-x.
4.       Bahan yang digunakan adalah batu basalt, batu granit, batu apung, batu obsidian, batu gabro.
5.       Analisa percobaan meliputi:
•         Judul percobaan
•         Tujuan percobaan
•         Dasar teori
•         Alat dan bahan yang digunakan
•         Prosedur percobaan
•         Hasil pengamatan
6.       Analisa kesalahan yang ada pada percobaan batuan beku adalah
•         Kurangnya alat dilaboratorium
•         Kurang memahami materi
•         Kekondusifan pada saat praktikum kurang mendukung
•         Waktu sangat kurang untuk meneliti batuan
7.       Prosedur percobaan yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah
•         Menyiapkan alat dan bahan
•         Mengamati jenis batuan, ciri-ciri batuan dan komposis mineral batuan
•         Mengambil foto dari batuan dan gambar pada buku pendahuluan
•         Mencatat hasil deskripsi pada buku pendahuluan
•         Menggambar batuan
8.       Batuan beku berdasarkan komposisinya dibagi menjadi tiga jenis batuan, yaitu:
•          Batuan beku asam             : Cerah
•          Batuan beku intermediet   : Abu-abu
•          Batuan beku basa              : Gelap
9.       Berdasarkan strukturnya, batuan beku dibagi menjadi:
•          Masif
•          Vesikuler
•          Scoria
•          Xenolitis
•          Amigdaloidal
10.   Klasifikasi secara kimiawi ini berdasarkan atas persentase kandungan SiO2(Silikat oksida), yaitu:
•          Batuan beku asam             : >66% SiO2
•          Batuan beku intermediet   : 52%-66% SiO2
•          Batuan beku basa              : 45% - 52% SiO2
•          Batuan beku ultra basa      : <45% SiO2
11.   Berdasarkan teksturnya batuan beku dibagi menjadi:
•          Derajat kristalisasi yang terbagi juga menjadi:
  Holokristalin,
  Holohyalin, dan
  Hpokristalin.



•          Granularitas yang terbagi juga menjadi:
  Fanerik, dapat dibagi lagi menjadi:
-       Halus                    : Diameternya < 1 mm,
-       Sedang                  : Diameternya 1-5 mm,
-       Kasar                    : Diameternya 5-30 mm, dan
-       Sangat kasar         : Diameternya > 30 mm.
  Afanitik
•          Bentuk kristal yang dapat dibagi menjadi:
  Euhedral,
  Subhedral, dan
  Anhedral.
•          Relasi
  Equigranular
  Inequigranular
12.   Berdasarkan komposisi mineralnya, batuan beku terbagi atas:
•          Mineral felsik
•          Mineral mafik
13.   Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
14.   Batuan yang diamati dalam percobaan ini:
•          Batuan beku granit warnanya putih dan abu-abu.
•          Batuan beku basalt warnanya hitam abu-abu.
•          Batuan beku apung warnanya putih agak cream.
•          Batuan beku obsidian warnanya hitam mulus.
•          Batuan beku gabro warnanya hitam kecoklatan
15.   Batuan yang diamati dalam percobaan ini termasuk kedalam jenis:
•          Batuan beku granit termasuk kedalam batuan beku asam (felsik).
•          Batuan beku basalt termasuk kedalam batuan beku basa (mafik).
•          Batuan beku apung termasuk kedalam batuan beku intermediet.
•          Batuan beku obsidian termasuk kedalam batuan beku basa (mafik)
•          Batuan beku gabrp termasuk kedalam batuan beku basa (mafik)
16.   Berdasarkan teksturnya, dilihat dari derajat kristalisasinya:
•          Batuan beku granit            : Hipokristalin
•          Batuan beku basalt            : Hipokristalin
•          Batuan beku apung            : Holokristalin
•          Batuan beku obsidian        : Holohyalin
•          Batuan beku gabro            : Holokristalin
17.   Berdasarkan teksturnya, dilihat dari granularitasnya:
•          Batuan beku granit            : Afanitik
•          Batuan beku basalt            : Fanerik sangat kasar (diameter > 30                  mm)
•          Batuan beku apung            : Afanitik
•          Batuan beku obsidian        : Afanitik
•          Batuan beku gabro            : Fanerik
18.   Berdasarkan teksturnya, dilihat dari bentuk kristalnya:
•          Batuan beku granit            : Subhedral
•          Batuan beku basalt            : Anhedral
•          Batuan beku apung            : Anhedral
•          Batuan beku obsidian        : Anhedral
•          Batuan beku gabro            : Subhedral
19.   Berdasarkan teksturnya, dilihat dari relasinya:
•          Batuan beku granit            : Equigranular
•          Batuan beku basalt            : Inequigranular
•          Batuan beku apung            : Equigranular
•          Batuan beku obsidian        : Equigranular
•          Batuan beku gabro            : Equigranular

20.   Batuan beku yang telah diamati memiliki struktur:
•          Batuan beku granit            : Scoria
•          Batuan beku basal             : Vesikuler
•          Batuan beku apung            : Scoria
•          Batuan beku obsidian        : Masif
•          Batuan beku gabro            : Vesikuler

21.   Batuan beku yang telah diamati memiliki komposisi:
•          Batuan beku granit            : Mineral felsik > mineral mafik
•          Batuan beku basalt            : Mineral mafik > mineral felsik
•          Batuan beku apung            : Mineral felsik > mineral mafik
•          Batuan beku obsidian        : Mineral mafik > mineral felsik
•          Batuan beku gabro            : Mineral mafik > mineral felsik

1 comment:

  1. Terimakasih kak, atas kebaikannya, sdh memberikan ilmu yang gratis 🙏🏾😊

    ReplyDelete