Wednesday 30 November 2016

DASAR ILMU FILSAFAT

>        Pengertian Filsafat :
Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.

>        Ciri-ciri berfikir kefilsafatan :
1)      Radikal artinya  berpikir sampai keakar-akarnya, sehingga sampai pada hakikat atau subtansi yang dipikirkan.
2)      Universal artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia kehususan berfikir kefilsafatan menurut jespret terleak pada aspek keumumannya.
3)      Konseptual artinya merupakan hasil generisasi  dan abstraksi pengalaman manusia
4)      Misalnya  : Apakah Seni itu ? Apakah keindahan itu ?
5)      Kohoren dan konsisten ( runtut). Kohoren artinya sesuai dengan kaidah-kaiah berfikir logis.  Konsisten artinya tidak mengandung kontradiksi.
6)      Sistimatik artinya pendapat yang merupakan  uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau tujuan tertentu.
7)      Konprehensif artinya mencakup atau menyeluruh. Berfikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
8)      Bebas artinya sampai  batas-batas yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, bahkan religius.
9)      Bertanggung jawab artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berfikir  sekaligus bertanggung jawabterhadap hasil pemikiran, paling tidak terhadap hati nurani sendiri.
>        Beberapa gaya berfilsafat :
1)      Berfilsafat yang terkait erat dengan sastra. Artinya, sebuah karya filsafat dipandang memiliki nilai-nilai sastra yang tinggi. Acapkali orang mengidentikkan ilsafat dengan sastra sebab ekspresi filsafat memang membutuhkan ungkapan bahasa yang tak jarang mengandung nilai-nilai sastra, namun sesungguhnya kurang tepat mengatakan bahwa semua karya sastra mengandung dimensi filsafat sebab masing-masing bidang memiliki kekhasannya sendiri-sendiri.
2)      Berfilsafat yang dikaitkan dengan sosial politik. Artinya, sebuah karya filsafat dipandang memiliki dimensi-ddimensi ideologis yang relevan dengan konsep negara.
3)      Berfilsafat yang terkait erat dengan metodologi. Artinya para filsuf menaruh perhatian besar terhadap persoalan–persoalan metode ilmu. Sebagaimana yang dikatakan Descrates bahwwa untuk memperoleh kebenaran yang pasti kita harus mulai dengan meragukan segala sesuatu, sikap yang demikian inilah disebut skeptis metodis. Namun ppada ahirnya tidak ada satupun yang dapat diragukan.
4)      Berfilsaat yang ddikaitkan dengan kegiatan analisis bahasa. Tujuan utama filsafat adalah untuk mendapatkan klarifikasi logis tentang pemikiran bukan seperangkat doktrin, melainkan suatu kegiatan.
5)      Berfilsafat yang dikaitkan dengan menghidupkan kembali pemikiran filsafat di masa lampau. Filsaat mengacu pada penguasaan sejarah filsafat. Mengkaji teksteks filoso is dari para filsuf terdahulu merupakan cara mempelajari filsafat.
6)      Berfilsafat dikaitakan dengan filsafat tingkah laku atau etika. Etika yang dipandang sebagai satu-satunya kegiatan filsafat yang paling nyata sehingga dinamakan juga dengan praksiologis, bidang ilmu praktis.
>        Cabang-cabang filsafat :
1)    Epistemologi
Istilah epistemologi berasal dari dua buah kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme yang berarti pengetahuan, dan logos yang berarti kata, pikiran, dan ilmu. Jadi epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas pengetahuan. Dalam hal ini, yang dibahas asal mula, bentuk atau struktur, validitas, dan metodologi, yang secara bersama-sama membentuk pengetahuan manusia, adapun permasalahan yang berkaitan dengan pokok bahasan tersebut berupa pertanyaan yang mendasar "apakah sumber dan dasar pengetahuan?"  "apakah pengetahuan itu adalah kebenaran yang pasti?". Sebagai contoh, kita mengetahui sesuatu, berarti kita memiliki pengetahuan tentang sesuatu itu. Kita adalah subjek, dan sesuatu itu adalah objek dari pengetahuan. Manusia tidak dapat mengetahui semua aspek dan objek karena keterbatasan kemampuannya. Socrates pernah berkata bahwa apa yang saya ketahui adalah bahwa saya tidak mengetahui apa-apa. Hal ini menegaskan bahwa ada pengetahuan yang pasti.

2)    Metafisika
Istilah ini juga berasal dari Yunani yaitu kata metaphysika yang artinya "setelah fisika". Cabang filsafat ini diperkenalkan oleh Andronikos dan Rhodes dari kumpulan buku-buku yang ditulis oleh Aristoteles tentang hakikat benda-benda yang kita lihat pada dunia nyata ini. Oleh Andronikos kumpulan tulisan itu ditempatkan setelah kumpulan tulisan tentang fisika. Metafisika dibagi dalam metafisika umum dan metafisika khusus. Metafisika umum juga sering disebut ontologi. Secara umum dapat dikatakan bahwa metafisika adalah cabang atau bagian filsafat yang membahas seluruh realitas atau segala sesuatu yang ada secara komprehensif.

3)    Logika
Logika adalah cabang atau bagian filsafat yang menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, sturan-aturan formal dan prosedur-prosedur normatif, serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional (Rapar, 1996). Sebagai ilmu, logika berasal dari pandangan Aristoteles meski ia tidak menyebutnya logika tetapi filsafat analitika. Istilah logika digunakan pertama kali oleh Zeno dari Citium (334-262 SM) dari kata logikos dan kata ini berasal dari kata logos yang artinya yaitu akal atau pikiran, sedangkan logikos mempunyai arti sesuatu yang diutarakan dengan akal.

4)    Etika
Etika seringkali dinamakan filsafat moral karena cabang filsafat ini membahas baik dan buruk tingkah laku manusia, jadi dalam filsafat ini manusia dipandang dari segi perilakunya. Dapat pula dikatakan bahwa etika merupakan ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaimana patutnya manusia hidup dalam masyarakat. Jadi dalam filsafat ini manusia juga dipandang dari segi peranannya sebagai anggota masyarakat. Pada hakikatnya, nilai tindakan manusia terikat pada tempat dan waktu , di samping itu baik dan buruknya perilaku manusia ditentukan oleh sudut pandang masyarakat. Sebagai contoh, perilaku yang dianggap wajar dalam suatu masyarakat di daerah tertentu dapat dianggap kurang oleh kalangan masyarakat di daerah lain.

5)    Estetika
Seni dan keindahan merupakan persoalan yang ditelaah oleh cabang filsafat estetika ini. Adapun yang ditelaah atau dibahas mengenai keindahan ialah kaidah maupun sifat hakiki dan keindahan; cara menguji ke indahan dengan perasaan dan pikiran manusia; penilaian dan apresiasi terhadap keindahan. Meskipun pada dasarnya estetika sudah di telaah sejak 2500 tahun yang lalu di berbagai daerah seperti Babilonia, Mesir, India, Cina dan Yunani, istilah estetika sendiri baru di kemukakan oleh Baungarten seorang filsuf jerman pada tahun 1750.

6)    Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu kadang disebut sebagai filsafat khusus yaitu cabang filsafat yang membahas hakikat ilmu, penerapan berbagai metode filsafat dalam upaya mencari akar persoalan dan menemukan asas realitas yang dipersoalkan oleh bidang ilmu tersebut untuk mendapatkan kejelasan yang lebih pasti. Dengan demikian, penyelesaian masalah ilmunya menjadi lebih terarah. Jadi sesungguhnya setiap disiplin ilmu memiliki filsafat ilmunya sendiri misalnya filsafat hukum, filsafat pendidikan, filsafat sejarah, filsafat bahasa, filsafat ilmu kealaman, dan filsafat matematika.

>        Prinsip prinsip dasar berfilsafat
1)      Meniadakan kecongkakan mana tahu sendiri
Prinsip ini adalah prinsip yang harus selalu dipegang oleh manusia dalam segala keadaan, tanpa prinsip ini manusia tidak akan menemukan ke-objektifitasan terhadap apa yang telah ditelaahnya. Terutama dalam berfilsafat, seorang filsuf itu tidak akan menemukan jalan lain yang padahal jalan itu sendiri dapat memberikannya jalan keluar terhadap jalan pikirannya yang mungkin sedang terhalang oleh tembok permasalahan yang tidak dapat diatasi olehnya sendiri.
Seorang filsuf pernah berpantun tentang macam manusia:
-          Ada orang yang tahu ditahunya
-          Ada orang yang tahu ditidaktahunya
-          Ada orang yang tidak tahu ditahunya
-          Ada orang yang tidak tahu ditidaktahunya
Itulah mengapa seorang filsuf tidak boleh mengurung pikirannya. Seorang filsuf harus selalu bercermin terhadap pikirannya agar tidak termasuk macam orang yang tahu ditidaktahunya  dan tidaktahu ditidaktahunya.

2)      Perlunya sikap mental berupa kesetiaan pada kebenaran
Dalam prinsip ini seorang filsuf haruslah berpikir tentang dampak apa yang akan terjadi bila ia menyembunyikan kebenaran. Janganlah terjadi kejadian seorang filsuf merubah arahnya ke jalan menuju jurang kesesatan. Berfilsafat merupakan berjalan mendahului orang lain untuk mengetahui jalan mana yang benar yang pantas untuk ditunjukkan kepada orang lain. Bila seorang filsuf menyembunyikan kebenaran dan menunjukkan arah yang salah maka orang lain yang di belakangnya pun akan jauh ke jurang kesesatan.
Dalam petualangan kehidupannya, seorang filsuf haruslah berjanji kepada dirinya untuk menuju garis finish yang sebenarnya. Meskipun ia harus merasakan lubang di jalan. Meskipun jalan yang ditempuhnya sangat panjang. Namun mental yang kuat untuk seorang filsuf dapat menenangkannya demi garis finish yang sudah menunggunya.

3)      Memahami secara sungguh-sungguh persoalan-persoalan filsafat serta berusaha memikirkan jawabannya.
Dalam prinsip ini yang menjadi acuan pokok adalah tekad dan kegigihan seorang filsuf. Sebenarnya prinsip ini dapat kita benarkan dengan melihat kejadian yang terjadi pada kehidupan yang dialami, apa maksudnya? Dapat kita lihat sendiri tidak ada satupun makhluk hidup yang berdiam diri, tak beraksi untuk memenuhi kehidupannya. Semua makhluk hidup  berjuang untuk dapat bertahan hidup. Begitupun dengan seorang filsuf, ia dapat bertahan dan berhasil mendapatkan jawaban yang dibutuhkan dengan kegigihannya melawan beratnya masalah yang dihadapi.

4)      Latihan intelektual itu dilakukan secara aktif dari waktu kewaktu dan diungkapkan baik secara lisan maupun tertulis.
Seperti yang telah kita ketahui dalam film-film yang kita tonton, seorang pendekar mulai mengembara ketika latihannya telah selesai, dan siap menghadapi kenyataan yang ada. Hal itu hampir sama dengan seorang filsuf hanya saja seorang filsuf melakukan latihannya bukan hanya ketika hendak mengembara namun seorang filsuf melakukannya terus meskipun sudah berada pada tahap pengembaraan. Itu semua dilakukan karena tidak selamanya pedang dipakai untuk menebas. Seorang filsuf harus berlatih menjadi orang yang flexible, agar ia siap menerima dan mengirim pemikirannya pada masalah yang datang pada waktu yang terus berubah.

5)      Sikap keterbukaan diri, artinya orang yang mempelajari filsafat sebaiknya tidak dihinggapi oleh prasangka tertentu.
Prinsip ini sebenarnya mempunyai hubungan dengan prinsip yang pertama. Tujuan dari prinsip ini sama dengan prinsip yang pertama, hanya saja bila prinsip yang pertama berupa larangan dan prinsip ini berupa perintah. Namun tetap kedua prinsip itu mempunyai point khusus dan saling berkesinambungan. Seorang filsuf dilarang mempunyai sifat mana tahu sendiri, pada prinsip ini memberikan syarat untuk memegang prinsip yang kelima. Bila seorang filsuf sudah bisa mengatur ego nya, maka ia harus belajar untuk melaksanakan prinsip keterbukaan ini.





>        Aspek ilmu pengetahuan :
1)      ONTOLOGI (Hakikat Apa yang Dikaji)
Berasal dari bahasa yunani : on/ontos = ada dan logos = ilmu. Jadi ontology adalah ilmu tentang yang ada. Secara ringkas membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.

2)      EPISTEMOLOGI (Cara Mendapatkan Pengetahuan yang Benar)
Epistemologi, (dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata/pembicaraan/ilmu) adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan asal, sifat, karakter dan jenis pengetahuan. Topik ini termasuk salah satu yang paling sering diperdebatkan dan dibahas dalam bidang filsafat, misalnya tentang apa itu pengetahuan, bagaimana karakteristiknya, macamnya, serta hubungannya dengan kebenaran dan keyakinan.
Epistemologi atau Teori Pengetahuan yang berhubungan dengan hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya serta pertanggung jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia. Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.

3)      AKSIOLOGI (Nilai Kegunaan Ilmu)
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari perkataan axios yang berarti nilai dan logos berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Menurut Suriasumantri (1987 : 234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut kamus Bahasa Indonesia (1995 : 19) aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika.
Dari definisi-definisi aksiologi di atas terlihat dengan jelas bahwa permasalah utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai prtimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika . Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.


>        Yang dipahami dari filsafat dan ilmu :
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran manusia secara kritis, dan dijabarkan dalam konsep mendasar.[1] Filsafat tidak di dalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen, dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi, dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir, dan logika bahasa.
Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode ilmiah tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan kondisi tertentu dalam bidang pengetahuan.

>        Menjelaskan objek filsafat ilmu dan apa yang dipahami dari epistimologi :
1)      Objek material
Objek material adalah objek yang di jadikan sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau objek yang yang di pelajari oleh ilmu itu. Objek material filsafat illmu adalah pengetahuan itu sendiri, yaitu pengetahuan yang telah di susun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu, sehingga dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.
2)      Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fingsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.

Yang dipahami dari epistimologi yaitu,cara mendapatkan pengetahuan yang benar Pengetahuan tersebut diperoleh manusia melalui akal dan panca indera dengan berbagai metode, diantaranya; metode induktif, metode deduktif, metode positivisme, metode kontemplatis dan metode dialektis.

>        Manfaat mempelajari filsafat ilmu :
1)      Untuk melatih berfikir radikal tentang hakekat ilmu
2)      Untuk melatih berfikir reflektif di dalam lingkup ilmu
3)      Untuk menghindarkan diri dari memutlakan kebenaran ilmiah, dan menganggap bahwa ilmu sebagai satu-satunya cara memperoleh kebenaran
4)      Untuk menghidarkan diri dari egoisme ilmiah, yakni tidak menghargai sudut pandang lain di luar bidang ilmunya.




1.Zaman Klasik (abad 6 SM - 2 M)
Pada zaman yunani kuno filsafat dianggap sebagai filsafat alam, karena pada masa ini segala sesuatu diukur dan di ambil dari alam. Menurut pendapat para tokoh pada  zaman ini, yakni:
>          Thales (624 – 546 SM), berpendapat bahwa alam semesta  ini berasal dari air,karena dari segala aspek kehidupan  memerlukan dan menggunakan air.
>          Anaximander (610 – 547 SM), berpendaat bahwa alam semesta berasal dari udara, karena setiap makhluk hidup pasti membutuhkan dan menggunakan udara.
>          Heraclitus, berpendapat bahwa alam berasal dari api, karena dari api akan menjadikan sesuatu menggumpal dan membentuk benda padat yang di akibatkan dari panasnya api.
>          Pythagoras ( 572 – 500 SM), berpendapat bahwasemua berasal dari sesuatu yang bisa dihitung dan di angkakan.
>          Parmanides, berpendapat bahwa sesuatu dilihat dari dua segi  yakni fisika (sesuatu yang ada itu ada) dan metafisika (sesuatu yang tidak ada itu tidak ada).
>          Socrates (470 -399 SM),yang mengemukakan bahwa pada masa setelah yunani kuno,mengalami masa keemasan  filsafat, karena pada masa ini orang memiliki  kebebasan untuk mengemukakan pendapat atau ide-idenya. Yunani pada masa ini dianggap sebagai gudang ilmu, karena bangsa yunani pada masa itu tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Bangsa yunani juga tidak dapat menerima pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap menerima begitu saja ), melainkan sikap inquiring attitude ( sikap menyelidiki sesuatu secara kritis).Pada masa ini filsafat bercorak Antroposentris, yakni  para filsuf menjadikan manusia sebagai objek pemikiran filsafat.
Beberapa tokoh pada zaman klasik, antara lainThales, Anaximander,Phytagoras,Permanides,Aristoteles, Plato dan A. Comte.
Pada masa ini  ada beberapa tingkatan kemajuan menurut  A. Comte,yakni;
a)      Tingkat agama / dogma,dimana manusia menerima keyakinan dari mulut ke mulut dan menjalankannya.
b)      Tingkat filsafat, manusia menggunakan pikirannya untuk memikirkan apa yang menjadi hakekat kebenaran.
c)      Tingkat ilmu pengetahuan, manusia yang menggunakan pikiran yaitu sudah sampai pada tingkat yakin dan kebenaran yang di yakini adalah kebenaran yang mutlak.

2. Zaman abad Pertengahan (abad 2 – 14 M)                  
Abad pertengahan ditandai dengan tampilnya para teolog dilapangan pengetahuan,  sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Pada abad pertengahan ini filsafat bercorak Theosentris yakni para filsuf menjadikan filsafat sebagai abdi agama. Dengan semboyan yang berlaku bagi ilmu yakni ancilla theologia atau abdi agama, di mana filsafat dijadikan tolak ukur dalam menentukan  aturan-aturan agama.
Pada abad pertengahan terdapat perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya, yang terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen oleh nabi Isa a.s membawa perubahan besar terhadap kepercayaan keagamaan. Peradaban yang didasarkan oleh logika ditutup oleh gereja dan diganti dengan keagamaan. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan yunani kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal mereka belum mengenal adanya wahyu.
Filsafat pada zaman abad pertengahan mengalami dua periode,yaitu: Periode Patristik, berasal dari kata latin patres yang berarti bapa-bapa gereja. Pada periode ini mengalami dua tahap: 1) Permulaan agama Kristen, setelah mengalami berbagai kesukaran terutama mengenai filsafat Yunani maka agama Kristen memantapkan diri untuk keluar memperkuat gereja dan kedalam menetapkan dogma-dogma. 2) Filsafat Agustinus, melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan. Periode Skolastik (tahun 800 – 1500 M), yang dibagi menjadi tiga tahap: 1) Periode skolastik awal (abad 9 – 12), ditandai oleh pembentukan metode-metode yang lahir karena hubungan  yang rapat antara agama dan filsafat serta persoalan tentang universalia. 2) Periode puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat arab dan yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinus. 3) Periode skolastik akhir (abad 14 – 15), ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang berkembang kearah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa universalisme tidak member petunjuk tenteng aspek yang sama dan yang umum mengenai adanya sesuatu hal. Tokoh yang piawai pada masa ini adalah Augustinus, Aristoteles, dan Thomas Aquinus.

3. Zaman Renaissance (abad 14 – 16 M)
Zaman Renaissance ditandai sebagai era kembalinya pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Renaissance ialah zaman peralihan ketika kebudayaan abad pertengahan mulai berubah menjadi suatu kebudayaan modern. Manusia pada zaman ini merindukan pemikiran yang bebas, karena manusia ingin mencapai kemajuan atas hasil usaha sendiri, tidak didasarkan atas campur tangan ilahi. Adapun factor penyebab dari upaya pelepasan diri dari dogma-dogma agama,yakni:
-          Pudarnya kewibawaan dewan gereja pada masa itu dianggap terlalu banyak mencampuri kegiatan-kegiatan ilmiah
-          Orang tidak lagi mempercayai nilai-nilai universal yang dianggap terlalu abstrak, mereka lebih mendambakan nilai-nilai individu yang bersifat konkret dan lebih banyak memberikan kesempatan untuk menggunakan akal piker secara bebas. Pada zaman Renaissance sudah mulai dirintis mengenai ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan yang berkembang maju adalah bidang astronomi. Tokoh-tokoh yang terkenal seperti Roger Bacon, Copernicus, Johannes Kepplerdan Galileo Galilei.

4. Zaman Modern
Ciri khas pada masa ini adalah dominasi barat dalam bidang pemikiran politk. Disatu sisi pemikiran politik barat dijadikan sebagai model tentang bagaimana suatu masyarakat dapat dan seharusnya berkembang. Sementara disisi lain pemikiran politik barat dianggap sebagai sesuatu yang asing dan layak dimusuhi, satu pengecualian adalah teolog politik syiah yang berkembang dengan cara baru dan mengakui momoentumnya sendiri.[4]
Zaman Modern ditandai dengan berbagai penemuan dalam bidang ilmiah, penemuannya dalam ilmu pasti adalah system koordinat yang terdiri atas dua garis X dan Y dalam bidang datar ( oleh Descartes), teorigravitasi ( oleh Isaac Newton), electron ( oleh JJ.Thompson). Adapun tokoh yang pertama kali pada abad modern, yakni Descartes ( 1596 – 1650) yang beranggapan bahwa sesuatu berasal dari keraguan. Kemudian muncul lima pokok pemikiran Descartes:
a)      Benda indrawi tidak ada
b)      Gerak, jumlah, volume tidak ada
c)      Saya sedang ragu maka saya ada
d)     Saya ragu karena saya berfikir
e)      Jadi saya berfikir berarti saya ada,
Kemudian muncul tokoh Hegel ( 1770 – 1831) dengan metodenya dialegika, yang  dalam proses berfikir pencapaianya melalui tiga tahap;
a)      Fase thesis
b)      Anti thesis
c)      Sintesis

5. Zaman Kontemporer
Diantara ilmu khusus yang dibicarakan oleh para filsuf, bidang fisika menempati kedudukan paling tinggi. Menurut Traut  fisika dipandang sebagai dasar ilmu pengetahuan yang subjek materinya mengandung unsur-unsur fundamental yang membentuk alam semesta juga menunjukkan bahwa secara historis hubungan antara fisika dengan filsafat terlihat dalam dua cara. Pertama, persuasi filosafis mengenai metode fisika dan dalam interaksi antara pandangan subtasional tentang fisika ( misalnya, tentang materi, kuasa, konsep ruang dan waktu). Kedua, ajaran filsafat tradisional yang menjawab fenomena tentang materi, kuasa, ruang dan waktu.
Zaman Kontemporer ditandai dengan penemuan berbagai teknologi canggih. Teknologi komunikasi dan informasi termasuk salah satu yang mengalami kemajuan sangat pesat. Mulai dari penemuan komputer, berbagai satelit komunikasi, dan internet. Bidang ilmu lain juga mengalami kemajuan pesat, sehingga terjadi spesialisasi ilmu yang semakin tajam.Ilmuan kontemporer mengetahui hal yang sedikit, tetapi secara mendalam. Ilmu kedokteran semakin menajam dalam spesialis dan subspesialis ataupun superspesialis demikian pula dengan ilmu lainnya. Disamping kecenderungan ke arah spesialisasi, kecenderungan lain adalah sintesis antara bidang ilmu satu dengan lainnya, sehingga dihadirkan ilmu baru.
Zaman kontemporer mengkritik filsafat modern, yang berfikir bebas sehingga muncul postmodernisme. Pemikiran postmodernisme adalah pemikiran yang menentang segala hal yang berbau kemutlakan dan baku, menolak dan menghindari suatu sistematika uraian atau pemecahan persoalan yang sederhana dan skematis serta memanfaatkan nilai-nilai yang berasal dari berbagai sumber.



Hal ini dikarenakan berbagai spesialisasi ilmu pengetahuan dan penerapannya dlm berbagai bentuk teknologi yg tinggi disamping kemanfaatannya yg luar biasa yang telah menimbulkan  berbagai  krisis kemanusiaan. Berbagai krisis yg ditimbulkan oleh perkembangan iptek pada umumnya didorong olehb pemecahan masalah kemanusiaan yg sektoral ,banyak orang mengira bhw masalah2 kemanusiaan akan dpt diselesaikan oleh satu disiplin ilmu saja,bahkan ada yg mengira disiplin ilmu nyalah yg paling ampuh menyelesaikan berbagai masalah kemanusiaan dewasaini.oleh karena itu agar perkembangan iptek sungguh dpt bermanfaat bagi kehidupan manusia,pemikiran sempit semacam itu sdh saatnya ditinggalkan.Maka dari itu  Filsafat ilmu hadir sbg upaya utk meletakkan kembali peran dan fungsi iptek seperti tujuan semula, yakni mendasarkan diri  dan concern terhadap kebahagiaan umat manusia.



0 komentar:

Post a Comment